Kabar Terbaru Seputar Banjir Bandang, 48 Terluka, 1 Hilang dan 79 Tewas
Kabar Terbaru Seputar Banjir Bandang – Liputan46 – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan pernyataan 79 orang meninggal dan 1 orang hilang dalam musibah banjir bandang yang terjadi.
Bahkan, puluhan ribu rumah harus tergenang akibat kencangnya terjangan air yang terjadi di sana.
Hilang 1 jiwa, luka-luka 48 jiwa, 79 jiwa meninggal, mengungsi 5.506 jiwa, rumah rusak 1.397 unit, rumah tenggelam 22.506 unit.
Data tersebut diucapkan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta Timur, Kamis (31/1/2019).
Sutopo menyebutkan akibat musibah itu, 56 jembatan yang menghubungkan antar kampung rusak parah.
Sebanyak 56 sekolah juga terkena dampak dari musibah tersebut. Sawah terendam 12.785 hektar. Sekolah terdampak 56 unit.
Tempat ibadah juga diketahui berjumlah 12 unit. Pemerintah 31 unit dan pasar 2 unit,” Sambungnya.
Daerah yang terkena dampak dari banjir itu, sambung dia, ada sekira 13 kabupaten atau kota.
Kabar Terbaru Seputar Banjir Bandang, 48 Terluka, 1 Hilang dan 79 Tewas
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan menetapkan status tanggap darurat sampai 6 Februari 2019.
BNPB sudah memberikan upaya bantuan dana siap guna sebesar Rp1,1 miliar,” Terang dia.
Dalam penanganan bencana itu, kata Sutopo, seluruh elemen terlibat. Di antaranya adalah TNI, Polri, Basarnas, Tagana, Dinkes, SKPD, dan relawan.
Mereka bahu-membahu menjalankan evakuasi dan membuat dapur umum agar keadaan di sana segera pulih.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan dua penyebab utama bencana banjir di Sulawesi Selatan pada Selasa pekan lalu adalah adalah cuaca ekstrim ditandai curah hujan tinggi sejak sehari sebelumnya.
Puncak curah hujan tinggi terjadi di tiga stasiun pengukur, yakni Bawakaraeng (308 mm), Lengkese (329 mm), dan Limbungan 328 mm).
Akibatnya ada 6 daerah terdampak langsung bencana banjir, diantaranya kota Makassar, Maros, Pangkajene, Kabupaten Gowa, Kepulauan Takalar, dan Jeneponto.
Disamping curah hujan tinggi, banjir juga dikarenakan oleh kerusakan lingkungan di hulu Bendungan Bili-Bili karena terjadi konversi lahan yang masif.
Menurut JK, kawasan hutan lindung dengan tegakan pohon penahan limpasan air sudah beralih fungsi menjadi kawasan perkebunan dan juga sayur-sayuran.
Akibatnya air sungai Jenelata meluap karena terjadi pasang surut air laut yang menghambat aliran air sungai ke muara, Ujar JK saat meninjau Bendungan dan Jembatan Bili-Bili yang ambruk tersapu banjir, Minggu semalam.
ADUQ ONLINE | BANDARQ ONLINE | BANDAR POKER | JUDI POKER
Share Liputan46 Ke Sosmed Anda.